Friend

friend is someone that make you get peaceful without talking anything
Seumur-umur gw ‘mengaku’ memiliki teman, baru kali ini gw benar-benar memahami apa esensi teman sesungguhnya.
Teman: sahabat, sekutu, kanti, kawan (ini padanan katanya)
definisinya? bisa jadi sangat luas. Dan kebanyakan kita, tanpa perlu repot repot buka KBBI sudah merasa mengerti apa yang dimaksud dengan teman.

Di usia 5 tahun, begitu mulai masuk sekolah, gw  dikenalkan dengan anak lain yang juga berseragam: ini Ika, teman sebangku kamu…..
Lalu  lebih pinteran dikit, gw mulai pake seragam putih biru, mulai kenal yang namanya teman nongkrong (misalnya: teman yang sama sama nongkrong di warung indomi), teman main (main ke mall, main ke kebun binatang). Makin bertambah usia, ada lagi yang namanya teman sosialita. Hmm…yang ini dari namanya, gw menafsirkan bukanlah hubungan yang didasari ketulusan, namun ada harapan/ keinginan di balik itu: udang dibalik batu.
Belakangan, demam facebook, gwpun mengenal teman facebook.
Oh ya, ada satu lagi jenis teman yang gw belum ketemu istilahnya. Misalnya, gw pergi ke satu tempat, misalnya Wonosobo, lalu berkenalan dengan seseorang karena orang itu menanyakan: jam berapa sekarang? dan akhirnya kita berteman. Orang itu juga bukan asli Wonosobo, misalnya dia orang Jogja.
Suatu hari gw ingin pergi ke Jogja. Tiba-tiba gw ingat punya teman di Jogja yang kenalannya di Wonosobo (entah atas izin siapa gw mulai mengaku ngaku sebagai temannya). Akhirnya gw hubungi dia dan bilang mau ke Jogja (dengan niat terselubung minta dianter anterin nyiaahahhahaaa…..*ketawa setan). Setelah itu gw akan bilang: abis ketemu temen di Jogja.
Sepertinya yang barusan gw tulis adalah jenis – jenis teman ya???
-maafkan kekhilafan saya ini sodara-sodara-
Sebenernya, hari ini salah satu hari terberat gw sepanjang sejarah. Gw mengalami pagi yang tidak begitu manis, ada korslet sedikit dengan Gu Jun Pyo – biasanya sesampai di markas gw udah lupa dan mood gw kembali normal. Pagi ada jadwal pembahasan pengamanan web (lagi) di Hasanudin 1. Agenda semula jam 9 pagi. Gak tau kenapa 30 menit sebelum jam 9 gw dapat info perubahan jadwal 3 kali: Diundur hingga jam 2 siang, dibatalkan, lalu jam 9 lewat 5 menit, gw dapat sms yang bilang: Mba, meeting dengan tim IT sudah dimulai di press room. Sabar…sabaarrrr….
Seperti yang sudah biasa gw ramalkan, pembahasan berlangsung alot- debat kusir gak penting. keluar ruangan otak gw rasanya terbakar. makin korslet.
Pekerjaan-pekerjaan di Hasanudin 1 yang tak jauh berbeda dengan benang kusut, project-project di Markas yang sedang berada di zona tak aman, sengketa tanah ulayat di kampuang nan jauah di mato, curhatan emak, my angel, ym yang tak lagi berkedip kedip….dalam satu masa saja tiba-tiba menghantam batok kepala gw. Rasanya sakit, dan gw butuh P3K buat ngobatin luka-luka di kepala gw.
Sebelum nafas gw terasa sesak, sebelum pundak terasa sakit, sebelum kaki terasa lelah, hal pertama yang bisa gw lakukan adalah membuka whatsup, mencari satu nama : could you go out for lunch?
Makan adalah cara terbaik melupakan kesedihan – makan bukan untuk kenyang
Sebuah foodcourt yang ramai dan jauh dari kesan nyaman. Gw dan teman duduk sambil menikmati makan siang. Sesekali melirik orang-orang yang lalu lalang, mengerling nakal bila ada mas mas unyu, cekikikan melihat pelayan bertampang bodyguard namun berbakat banci, gosip tentang bos… dan memikirkan hidangan penutup apa yang disediakan gratis hari ini.
Tidak ada hal lain yang special dilakukan teman siang itu. Bertanya ‘apa kabar?’ saja tidak, apalagi menanyakan ‘ada apa?’ atau ‘kenapa lu?’
I don’t need that question and she does’nt. She doesn’t need question to know something wrong, and I don’t need thousand words to tell her what is the problem. That’s she does
70 menit saja, gw melangkah ke dunia kami berdua. Dunia yang tercipta tanpa kami sadari, tak pernah ada dalam direktory digital paling canggih, namun selalu ada disaat kami membutuhkan. Kami keluar disaat bel tanda istirahat siang berakhir berdentang.Lalu kembali ke autisme cubicle masing-masing.
Pilihan yang memang bukan menyelesaikan masalah. Tapi bercerita sambil terisak-isak tidak juga pilihan tepat gw menyelesaikan masalah. Setidaknya teman, dengan caranya berhasil memasuki hati gw, merambah ilalang di otak gw, berhasil menendang berkilo kilo beban di pundak gw dan menghadirkan lagi senyum nakal di wajah gw.
-Teman adalah dia yang menemanimu dengan dunianya tanpa memaksamu meninggalkan duniamu-

Komentar

Postingan Populer