membayangkan saja

Siang masih panjang. Namun ruangan berbalut wallpaper warna coklat ini sudah sepi. Tinggal suara televisi yang mengocehkan gosip selebriti serta detak jemari bertemu keyboard.

Suasana seperti ini sudah nyaris dua tahun saya rasakan. Meski demikian, tetap saja saya merasakan keanehan yang sulit dijelaskan. Gedung tua kantor pemerintahan dengan segala jenis kleniknya, deretan lemari arsip yang mulai berkarat dan meja-meja yang berbaris rapi dengan setumpuk kertas-kertas, yang entah sudah berapa lama bertengger di sana. Dua buah mesin absen "finger print" berdiri diam di samping pintu, yang sungguh besar artinya bagi para pegawai: jatah uang makan.

Miris melihat budaya kerja abdi gubermen ini, merindukan keramaian semangat di markas merah putih serta juga menikmati kesendirian tanpa terusik orang lain. Namun, apapun perasaan yang timbul saya selalu menikmatinya.

Hmmm...terkadang saya membayangkan sebuah kesibukan di ruangan ini, tanpa nyanyian selebriti di televisi. Membayangkan setumpuk dokumen di meja berkurang hari demi hari dan lemari arsip yang tak berkarat. Membayangkan pejabat bangsa ini dengan sepenuh hati melayani, membayangkan merah putih berkibar dengan kebanggaan yang tak ternilai di hati rakyatnya. Membayangkan....para priayi ini tak melakukan korupsi terhadap waktu.

Cukup membayangkan saja, ...

Komentar

Postingan Populer