Menuju Baitullah [1]




Meeting room tempat cerita ini  bermula - eh ada bocil nyempil :p 


Setiap ucapan adalah do'a. 

Saya percaya ini. Bahkan saat mengumpat pun, bisa saja umpatan itu di kabulkan. Jadi pesan moralnya, kalau mau mengumpat diri sendiri, ucapkanlah yang baik-baik saja, kalau mengumpat orang lain nggak apa-apa #eh..canda :p 

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah iseng ngirim link youtube saya ke salah satu sahabat, sambil bilang "subscribe dong, menuju 1 K nih.." 

Sahabat yang saya kirimi link balik nanya "emang sekarang udah berapa followers lu?"

Saya jawab "9".

Sontak dia ketawa. Tapi sejurus kemudian bilang "Ahh...berarti cuma butuh 991 doang ya? bisalah itu, nih gw tambahin biar genap kurangnya cuma 990," 

"Makasih masss..." saya berterima kasih sambil membubuhkan emo tersenyum manis.

Sejujurnya, saya bukan sedang ingin menjadi youtuber. Hanya waktu itu lagi senang-senangnya mengedit video. Akhirnya pun jadi concern dengan subscriber atau viewers, indikator hasil karya kita berfaedah atau tidak. Dan serius, permintaan subscribe itu semata-mata becanda, kalaupun ada maksud cuma ingin sekedar pamer hasil editan :p

Tapi begitulah, kita nggak pernah tau kapan doa akan terkabul. Mungkin pada saat saya minta subscribe itu, ada malaikat lewat. Beberapa bulan kemudian, ada 2 video yang saya upload mendadak viral. Dalam hitungan hari subsriber saya yang tadinya hanya belasan, mencapai 1K, naik-naik terus dan sekarang 1.8 K. 

Yang keluar saat becanda aja di kasih sama yang di Atas, gimana kalau yang terucap dengan serius?

Umroh

Januari 2023, dalam salah satu meeting koordinasi dengan manajemen di kantor, awal tahun lalu, ibu Direktur bilang "Mengenai rencana umroh kita, mungkin di segarakan saja mencari biro travelnya..." 

Saya kaget. Dan lebih kaget lagi kenapa cuma saya aja yang kaget? 4 rekan saya lainnya yang ikut meeting hari itu tampak biasa saja, seolah ini bukan berita baru. Tapi akhirnya saya berpura-pura biasa saja, seolah-olah juga sudah tahu. Selesai meeting, saya barulah mencolek teman seperjuangan. 

"Eh kok tiba-tiba ibu bahas umroh sih? emang kita mau umroh?" tanya saya penasaran. 

Teman yang saya tanya mendelik sambil menghela napas. "Kan elu waktu itu yang ngide mau nabung umroh..."

"Hah? gw?" saya masih bingung. 

"Makanya jangan kebanyakan berantem di sosmed, lupa kan tuhh," teman saya sepertinya masih jengkel :))

Well, singkat cerita, satu persatu teman seperjuangan saya akhirnya berangkat umroh sekitar September - Oktober tahun lalu. Alasan itu juga yang membuat saya hari ini, tepat 1 tahun sejak kabar 'mendadak umroh' - duduk di depan gate 17 terminal 3 Soekarno Hatta, menunggu jadwal boarding 2 jam lagi. Bismillah..semoga dilancarkan. 

Pergulatan Batin

Sejujurnya, butuh proses yang tidak mudah bagi saya untuk sampai pada hari ini. Sejak kabar 'mendadak umroh' tersebut, saya sempat galau. Menurut saya, umroh adalah perjalanan yang sakral. Bukan sekedar ibadah untuk mengumpulkan pahala. Tapi lebih dari itu, entahlah...saya sulit mendeskripsikannya. Dan  saya bisa bilang, saya belum siap. 

Kegalauan ini pertama kali saya sampaikan kepada 3 orang sahabat yang cukup mengenal hati dan isi kepala saya. Lalu respon pertama mereka adalah "Wedewww... gw rasa bos lu saking capeknya ngadepin lu, akhirnya lu disuruh umroh biar tobat wkwkwkkw..." 

Saya bukan yang badung-badung amat, tapi yeahhh...begitulah, susah di definisikan. Satu-satunya yang baru bisa saya jaga sedari kecil adalah sholat dan puasa, itu pun baru seadanya. Nggak yakin juga apakah diterima Allah SWT. Biarlah itu menjadi rahasia sang Pencipta :) 

Eniwei, walaupun di awal mereka membully saya, tapi pada akhirnya tetap menguatkan. "Take ur time Nye, nggak disuruh berangkat besok kan? gw yakin lu tidak akan jalan kalau masih merasa terpaksa. Dan congrats juga, et least inilah hasil kerja keras lu selama ini," Ahh.... darleeng...dadar guling, aku terharu kalau kelean lagi bener begini :) 

Usai percakapan tersebut, saya kembali bergulat dengan rutinitas harian, mengurusi persoalan-persoalan klien, dan saya lupa dengan rencana umroh. 

Awal September, kloter pertama berangkat, 3 orang sekaligus. Hal ini kembali membawa wacana mengenai umroh. Saya kembali galau. Bu Bos di setiap kesempatan bertanya "Kapan berangkat Nil?/ berangkat sekarang saja, cuacanya bagus/ sudah dapat travelnya? daftar sekarang buat minggu depan juga masih bisa" dan pertanyaan-pertanyaan bernada desakan lainnya. 

Saya pun sudah menyiapkan jawaban untuk menunda selama mungkin dengan sederet alasan : Bu, kayaknya saya berangkat tahun depan saja, soalnya lagi banyak event/ nggak bisa ninggalin anak-anak/ dan segambreng alasan absurd lainnya. Hingga entah kali keberapa bu bos bertanya soal keberangkatan umroh, saya jawab "InsyaAllah bu, saya berangkat Januari saja, mau ulang tahun di sana,". Sumpah, waktu saya menjawab seperti ini, saya sama sekali belum mendaftar apapun. Dan setelah jawaban itupun, bu bos tidak lagi bertanya soal keberangkatan. 

Sejujurnya, selain soal kesiapan batin, ada beberapa peristiwa yang membuat saya kecewa dan membuat saya sangat bertekad untuk tidak berangkat umroh. Sepanjang 2023, dua kali saya menangis, dan keduanya karena kecewa. Kali terakhir, terjadi setelah saya menemukan travel pilihan dan membayar DP sebesar 2 juta rupiah. Saya bahkan sudah ihklas uang tersebut hangus. Sampai akhirnya, Mba Marni, salah satu senior, mitra kerja rasa kakak mengajari saya 'grounding' - semacam teknik 'melepaskan' dengan metode menyatu dengan alam lalu melihat ke dalam diri sendiri. Alhamdulillah.. sedikit demi sedikit saya kembali mendapatkan kepercayaan diri :) 

Bertemu Umroh Backpacker

FYI, meskipun perjalanan kali ini difasilitasi kantor, namun manajemen membebaskan kita mencari sendiri travel agent. Menurut saya ini adalah hal yang baik, karena dengan mengurus sendiri, kita bisa menemukan paket-paket yang sesuai. Dan hal ini juga mengurangi risiko menyalahkan orang lain bila nantinya ada yang dikeluhkan. Kalau nyari sendiri kan tinggal menyesali pilihan sendiri :) 

Singkat kata, dari pencarian di Instagram, bertemulah saya dengan akun @umroh.backpacker.id, sekitar pertengahan November. Satu hal yang membuat saya memutuskan mendaftar lewat akun ini adalah konten-kontennya yang komunikatif dan membuat Umroh terlihat menyenangkan. "Umroh itu menyenangkan, siapapun bisa umroh" - inilah kesan yang saya tangkap dari segala macam informasi yang mereka posting. Hal ini sekaligus menggugurkan keraguan saya selama ini  yang bergelut dengan pertanyaan "pantaskah saya berangkat ke tanah suci?"

Hal lainnya yang jadi penguat adalah ada keberangkatan tanggal 16 Januari 2024. Ini sesuai dengan omongan asal saya bahwa ingin umroh saat hari lahir, walaupun tanggalnya meleset setidaknya masih di bulan Januari *ngeles aje :p

Last, but not least, admin komunikatif dan harga paket yang ekonomis, cocok lah buat kaum mendang mending kayak eyke :p. 

Setelah isi form, transfer DP, baru kemudian mikir, eh ini ijin usahanya giamana? secara transaksinya online. Baru deh panik dikit. Baru cek ricek izinnya, baca review dan komentar, baru deh merasa lega. InsyaAllah amanah :) 

Sekitar awal Desember di kabari, jadwal keberangkatan dimajukan jadi 11 Januari 2024. Adminnya juga mengirimkan itienerary perjalanan. Cuma karena selama Desember saya cukup disibukkan dengan banyak hal, jadi tidak terlalu memperhatikan itienerary yang dikirimkan. Satu-satunya yang saya tandai adalah jadwal Manasik alias persiapan pelaksanaan umroh, jangan sampai kelewat. 

11 Januari 2024

Jika ada hari dimana perasaan saya sangat campur aduk, mungkin inilah hari itu. Perasaan yang saya tidak bisa uraikan satu-persatu. 

Ini bukan kali pertama saya berhari-hari jauh dari rumah - tapi ini kali pertama saya sangat berat meninggalkan rumah

Ini bukan kali pertama suami mengantar saya kebandara - tapi ini kali pertama saya tidak ingin melepaskan pelukannya 

Mungkin karena ini kali pertama saya pergi untuk mengadu kepadaNya..


- Soekarno Hatta - 11 Januari 2024 -




Komentar

Postingan Populer