Qmaree Coffee : Coffee with a Friend is like Capturing Happiness in a Cup

Pernah nggak nemuin kafe/ tempat makan yang sebenernya menunya biasa aja, tapi pengen balik dan pengen balik lagi ke sana?
Biasanya yang kayak gitu disebut FAVORIT, ya jadi favorit karena memang rasa makanannya enak-enak, favorit karena suasananya menyenangkan atau bahkan karena kita punya kenangan di sana #eaaa....

Saya punya satu tempat kayak gitu, namanya Qmaree Coffee. Lokasinya di daerah Pondok Cabe, Tangsel. Tau Universitas Terbuka yang dekat lapangan terbang Pondok Cabe kan? di depan nya ada gang kecil yang bisa jadi jalan tembus arah Depok/ Sawangan. Nah lokasi nya di dalam gang itu, nggak jauh dari MAKIN, rumah ibadah umat Kong Hu Chu. Mungkin karena lokasinya yang nggak di jalur yang ramai dilewatin banyak orang. jadi kafe ini terkesan tenang dan damai.

Qmaree tampak depan. Foto: google

Saya sendiri sudah dari setahun yang lalu tahu soal tempat cantik ini. Taunya karena memang jalur gang kecil itu dengan Univ. Terbuka itu memang setiap hari dilewatin kalau mau ngantor, ya jadinya tau. Dari pertama kali liat, sudah kepincut dengan tampilan luarnya. Bangunan berbentuk rumah joglo, sederhana tapi manis. Halaman parkir luas dan suasana yang tenang. Mau jam berapapun lewat di sana, pagi antara jam 10 - 12 (whattt...??? jam segitu pagi? .. iyaa... bagi saya jam 12 masih pagi hahaha...), sore sekitar jam 5 an, atau bahkan malam sekitar jam 9 an, suasananya tetap tenang. Banyak kendaraan pengunjung parkir, tapi tidak kisruh. Hmm... pengen banget deh ke sini. Beberapa kali ngajakin teman, tapi yaa ada aja halangannya :[

Lalu, pasca lebaran kemarin, gara-gara menemani sahabat a.k.a partner in crime yang lagi suntuk, lebaran nggak mudik. Setelah seharian muter-muter mall, kita akhirnya berakhir disini. Nggak ada rencana, dan kebetulan kita sudah arah mau balik, lewat jalur Pondok Cabe, saya ingat tempat ini dan jadilah.. kita menghabiskan sisa hari disini.

Sudah pukul 9 malam saat kami memasuki pintu geser kaca yang terbuka lebar. Tadinya, di halaman terlihat banyak kendaraan parkir, tapi begitu masuk, hanya terlihat 2 meja yang diisi pengunjung. Lho sepi ternyata? jadi yang diluar cuma numpang parkir? begitu pikiran kita.

Sebuah meja dengan 4 kursi rotan di pojok kanan pintu masuk menjadi pilihan kita. Dari situ, saya bisa mengamati seluruh ruangan. Interior nya mendukung penampakan luar kafe ini, otentik. Bukan sofa busa dengan dudukan nyaman yang tersedia, namun kursi rotan yang sudah lusuh namun terawat, meja makan jadul dengan 4 kursi dan perabotan khas jawa kuno lainnya. Pencahayaan ruang juga temaram, namun tidak suram. Masih nyaman untuk kegiatan membaca novel-novel setebal Harry Potter. Dipojok ruangan, beberapa barista sedang tenggelam dalam pekerjaannya bermain dengan butiran kopi.

Segelas Thai Tea dan es kopi orange, serta sepiring mie goreng jawa dalam 10 menit diantar ke meja kami. Pesanannya rada aneh yaa... hahhaha... soalnya perut kita udah kembung banget. Abis ngiterin 2 mall dan jajan ini itu. Tapi masih pengen nongkrong. Jadi sebenarnya kita mampir di Qmaree bukan karena pengen ngopi juga, tapi karena belum mau pulang. Tapi kan nggak mungkin cuma numpang duduk doang tapi nggak pesan apa-apa, bisa digebuk yang punya kafe :p

mana yang lebih jadul? muka nya apa tv nya? :p 

Okey, mumpung lagi bahas menu, langsung review aja.
Thai tea --> standar lah, kasih 2,5 bintang
Es kopi orange --> kopi di campur jeruk, agak aneh, ya nggak sih? tapi rasanya lumayanlah. Segerr... apalagi buat yang mata udah sepet. Kasih 3 bintang.
Mie goreng jawa --> kering, nggak berminyak. Tapi mie nya nggak keras/ tegang. Dan kelihatannya dimasak dengan rempah asli, tanpa mecin sehingga rasanya nggak segurih indomie goreng (ya iyalahhhhh...). Enak. Kamu dapat 4 bintang ^^
Pelayanan --> 5 bintang deh.
Harga --> 10 - 20 ribuan

Jujur deh, saat masuk di kafe, yang biasa ditanya pengunjung adalah Wifi. Ya kann... hayoo ngaku.. kalian pasti juga sering nanyain Wifi. #fakirwifi. Dan bagi sejumlah kafe, Wifi pun jadi salah satu jualannya untuk memikat pengunjung. Apalagi buat pengunjung macam saya yang kadang saat lagi di kafe pun masih harus buka laptop, edit ini itu, kirim email, browsing ini itu, beli ini itu #eh... Yaaa.. begitulah derita karyawan yang kemana mana bawaannya laptop.
Tapi, ternyataaa... disini nggak ada wifi sodara-sodara. Pelayan yang saya tanya menjawab dengan senyum ramah "Kita nggak ada wifi Kak,"
Sesaat, saya kecewa karena saat itu ada orderan Oriflame yang harus di urus. Di sisi lain, ada pesan lain yang saya pahami "ngapain kamu di tempat secantik ini, bersama sahabat-sahabat kesayangan, tapi ujung-ujungnya sibuk sendiri mantengin gadget?"
Tapi sesaat kemudian, saya mengerti kenapa owner nya nggak memasang wifi, karena disini adalah tempat orang-orang berinteraksi dengan orang di hadapannya, merasakan kehangatan orang-orang di sampingnya dan tertawa lepas dengan orang-orang di sekelilingnya. Kafe ini tidak mengharapkan pengunjung yang sibuk berinteraksi dengan orang lain di dunia maya.

Kali kedua saya mampir ke sini, saya menemukan ternyata kafe ini cukup luas. Jika sebelumnya saya hanya memperhatikan area utama di dekat pintu masuk, ternyata di sisi kiri area utama ini ada pintu menuju ruang samping. Sebuah taman dengan beberapa spot yang nyaman yang dilengkapi dengan berbagai kursi dan meja khas jaman dulu.
View di area depan. Foto: google

View dari halaman samping. Foto: google

Masih dengan sahabat yang sama, saya memilih sebuah meja dengan 6 kursi di sudut taman. Hmm... datang cuma berdua, tapi pilih meja yang besar. Dari dulu memang begitulah kebiasaan kita. Soalnya perabotan kita pasti banyak, jadi butuh space yang luas hahahaha....

Di sudut lain, segerombolan anak muda asyik ngobrol sambil ngopi dan ngerokok. Di sisi lain, juga sekitar 6-7 orang menghabiskan malam. Belakangan saya ketahui beberapa diantaranya adalah komika dari geng stand up comedi yang dulu tayang di Indosiar. Sayangnya, saya cuma kenal muka, tapi nggak inget nama.
Jadi, terjawab sudah kenapa di halaman depan banyak kendaraan parkir, tapi suasananya tetap sepi, karena ruangan nya ternyata luas dan memiliki sekat-sekat, jadi jika dari satu sisi saja kita nggak akan bisa melihat seluruh pengunjung.

Dari taman samping ini pula, kami bisa menikmati sayup sayup petikan gitar accoustik, membawakan lagu-lagu milik Tulus. Sahabat saya bilang "Kayaknya kita bakal jadi pelanggan nih," ^^

Kedai kopi ini buka hingga jam 11 malam. Yang suka suasana tenang, silakan mampir-mampir di Qmaree Coffee.

Note: beberapa foto saya ambil dari google, karena saat kesana selalu malam, nggak dapat hasil foto yang maksimal untuk vie ruangan



Komentar

Postingan Populer